Untuk Kebahagiaan yang Sederhana
by: Fathimatul Azizah
Suatu hari ada gadis yang berkata, “Siapa bilang aku sedih? Aku kan selalu bahagia.”
Atau di saat yang lain ia bilang, ”Gak pa-pa. Yang penting, kan bahagia.”
Ya semoga.
Saya tak pernah menduga ada sahabat yang me-replay kata-kata itu. Bahkan, ia menuliskannya pada salah satu lembar buku saya. Sebentuk senyum pun mengembang. Saya berterimakasih dan tersanjung dengan perhatiannya. Ya! Ia hapal dengan kata-kata saya. Kata-kata yang seringkali saya ucapkan untuk menetralisir hati bila tiba-tiba kesedihan menghunjam dalam.
Betapa memiliki sahabat adalah anugerah terindah dalam hidup. Memiliki banyak sahabat memberikan inspirasi tiada bertepi. Inspirasi apa saja? Rasanya tak mungkin saya mampu menuliskan semua inspirasi dari sahabat dalam catatan kecil kali ini.
Suatu hari ada sahabat yang mengirim SMS:
Berakhlakul karimah cermin ahlul jannah…
Sekali melangkah pantang menyerah
sekali walimah harus sakinah mawaddah wa rahmah…
renungan ini mudah-mudahan bisa jadi inspirasi*.
SMS itu awalnya saya anggap sebagai sebuah guyonan. Namun, ketika kata demi kata saya baca kembali, sebentuk senyum pun mengembang. Ya! Ada harapan yang sama sekali bukan guyonan. Saya mampu menangkap ketulusannya.
Saya diajak untuk bermuhasabah; menyapa kabar keimanan hari ini. Ah, tak ada kalimat lain yang keluar kecuali kejujuran: saya bukan apa-apa. Saya masih begitu payah. Bahkan, akhlak saya sebagai muslimah masih sangat jauh dari standar ideal. Meski hari masih pahit, semoga di masa mendatang saya menemukan manisnya proses perbaikan diri.
Saya membuka kembali shirah jihadiyah.
Yang kau takutkan adalah yang kau inginkan, bukan?
Retoris –khas- Ustadz Hatta yang menyetir kata-kata Abdullah bi Rawahah dalam perang Mu’tah kembali terngiang. Saya menata hati untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Hmh... terlalu abstrak, ya? Kalau ketahuan teman SMA, pasti kena semprot lagi. Belum lama ini, ia bertanya,
”Baiti, dikau sedang sibuk apa?”
”Mempersiapkan masa depan untuk kehidupan yang lebih baik.”
”Ah, jawaban klise bersayap”
Saya jadi teringat dengan pertanyaan Mbak Izzatul Jannah dalam sebuah kajian di Nurul Huda pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, ”Ketika meninggal dunia, kau ingin dikenang sebagai apa?” Pertanyaan sederhana itu sengaja diberikan sebagai pemantik. Itulah landasan operasional untuk menentukan visi hidup seorang yang berkeinginan menjadi pejuang.
Saya tercenung ketika nama shahabiyah dipaparkan satu demi satu. Disusul kemudian nama para muslimah yang unggul di bidangnya dan turut menyebarkan harumnya Islam. Ayolah..begitu banyak pilihan terhampar! Jawablah dengan sebenar keyakinan. Sebab, itulah yang akan mewarna dalam lintasan pikiran kita.
”Jadi, ketika kau mati, kau ingin dikenang sebagai apa?”
hMh... Hmh... jawaban yang saya berikan masih terlalu general : saya ingin menjadi orang yang bukan hanya dicintai tetapi layak untuk dicintai. Artinya, saya tak ingin orang lain berprasangka baik terhadap saya, sedang keadaan saya tidaklah demikian. Jadi, masih butuh proses yang sangat panjang mempersiapkan masa depan untuk kehidupan yang lebih baik, di dunia dan akhirat.
Solo, 10 Juni 2008: menjelang Subuh
pertama. bebas komen. eit lupa. titip salam buat sahabatnya,he..he..
ReplyDeleteSahabat memang harta yang tak ternilai.... sepinya dunia tanpa sahabat2 disekeliling kita
ReplyDeletejujur kang, cerita ini mengalir banget. saya sampai terbawa rasa.
ReplyDeleteilaa gadis rantau: yup yang pertama. ntar salam balik ya. :)
ReplyDeleteilaa eucalyptus: betul bu ...
ilaa roE: wehee yang nulis istri saya. saya cuma posting aja :)
sahabat sejati sahabat yang ada saat suka dan duka
ReplyDeletesahabat memang bisa menambah keindahan dalam hubungan antar manusia....
ReplyDeleteemang sahabat tiada duanya dahhh...
ReplyDeleteApakah aku sudah menjadi sahabat yang baik buat sahabat2ku?
ReplyDeleteHarus ditanya ke diri sendiri juga ya..
em... Fathimatul Azizah itu,,nama panjang mba' bettyya mas?
ReplyDelete(oohh,, salah ya? hehe)
oohh,, itu sahabatnya yaa?
(lohh salah lagi?)
hah. ya sudah.. siapa pun dia.. hebat sekali,,
walopun mudeng2 ngga'.. ririn tau.. buat yang mudeng,pasti dalem banget nih maknanya.. :D
sahabat?emang suka bikin kita sadar disaat teler,hehe
ilaa anang: salam kenal ya mas..trimakasih komennya..
ReplyDeleteilaa frendli: keindahan dalam ukhuwah
ilaa tini: keliatane belum mbak..cos blog saya belum di link
*bercanda dink..:)
ilaa ririn-comel:itu nama pena istri saya-bidadariQ ... ngaco komennya ^_^
iiiihhhhhhhhh,,,,,,ko comel sihh!!! bener kan, pernyataan yang pertamaa,,, huhh...
ReplyDeleteadek comel,, ga beda jauh ma kakanya :P,,gaaaalaaaaakkkkk..... :P :P :P
benar2 sahabat sejati....
ReplyDeletejadilah muslim/muslimah yang senantiasa mencintai Nya, dikala senang, sedih, susah, gembira.....
fidup memang pilihan, oleh karena itu pilihlah yang benar ?! jgn yang baik .....
ilaa mashencip: weh ketinggalan..betul bro..
ReplyDeleteilaa ririn kudo: yach gak usah marah lhah :)...saya tipenya pendiem coba tanya ke fathimatul Azizah
ilaa ephwan: insyaAlloh kang... yup jalan yang lurus menuju ridho illahi :)
sahabat selalu ada disetiap waktu.
ReplyDeleteilaa ipanks: walah blognya koq banyak sekali ya ...
ReplyDeletedan mengerti setiap waktu ... :)
persahabatan antar bloger termasuk didalamnya gaj ??he3x :)
ReplyDeleteilaa acy: insyaAlloh termasuk mbak. banyak sekali orang terinspirasi dari sahabat blog dan moga persahabatan antar blogger bermanfaat :) amin
ReplyDeleteHehe nyindir nih..
ReplyDeleteIya deh, ntar aku link kalo ada kesempatan. Soalnya ini dr hp, ga bs add link.
Punyaku udah blm yah? ;)
Hatiku tenang sekali membaca ini..semoga jadi inspirasi buatku.. makasih..
ReplyDeleteilaa tini: hehe..bercanda koq mbak..ntar saya link..coba dicek skarang :)
ReplyDeleteilaa adek aisyah: itu memang dari inspirasi juga kata istriku :)
aduh..maap..kom leletnya minta ampun. gak ngeliat SB nya nih. aku nitip kunjungan balik di sini aza ya.
ReplyDelete