Wednesday, August 13, 2008

Episode Cinta II (AJARI ANAK-ANAK KITA CINTA)

AJARI ANAK-ANAK KITA CINTA


“Setiap pagi saya menyuruh anak saya untuk menyiram tanaman. Kalau terhadap tanaman saja ia mau memberi, saya berharap terhadap orang lain apalagi …”


Sebuah prolog yang membekas, yang disampaikan seorang Ustadz saat beliau memberikan kajian di sebuah kampus kecil itu masih saya ingat. Salah satu bukti cinta adalah pengorbanan, kita rela memberikan sesuatu yang kita miliki. Dan Ustadz telah mengajari cinta kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil. Ya! Cinta terhadap sesuatu di sekitarnya.

Cinta yang berkonotasi positif selalu beririsan dengan kebaikan. Ia yang disebut-sebut sebagai energi untuk melakukan kebaikan demi kebaikan. Cinta terhadap anak-anak menjadikan kita mengajarkan cinta kepada kebaikan sejak mereka masih kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan. Dan percaya atau tidak, kebaikan yang kita ajarkan akan berbuah kebaikan pula. Bahkan kebaikan itu akan berlipat ganda. Itulah keajaiban cinta.

Saya jadi teringat akan dialog dengan sepupu kecil saya.
“Mbak, Rohma sudah selesai mengaji?” laporan sepupu saya yang masih kelas satu SD lewat telepon.
“O, ya? Sudah sampai juz berapa?”

“Juz 20, Mbak. 10 Juz lagi khatam. Rohmah udah khatam 2 kali, Mbak. Berarti sebentar lagi 3 kali, ya?”
“Siapa yang menyimak? Abi? Atau Ummi?” tanya saya.
“Nggak ada, Mbak. Mengaji sendiri.”

Subhanallah! Saya berdecak kagum dibuatnya. Saya tahu bacaan Al-Qur’annya sudah lancar, panjang pendek dan tajwidnya sudah betul. Bahkan dari kecil ia (juga) sudah dilatih mengucapkan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhrajnya. Maka tak heran, bila ia pun lebih gemar mengaji dan mendengarkan murratal daripada mendengarkan yang lain. Meskipun (tentu saja) ia juga masih bermain sebagaimana anak-anak seusianya. Itulah salah satu pelajaran cinta yang saya dapatkan. Bagaimana mengajari anak-anak cinta terhadap Al-Qur’an. Tentu saja orang tua harus bisa memberikan keteladanan yang baik. Begitu juga mengajari mereka ibadah keseharian, orang tua pun harus cinta menjadi ahli ibadah. Dan semuanya butuh ilmu. Butuh belajar dan latihan. Semua butuh pembuktiaan, sebelum kita mengajak anak-anak melakukannya.

Di kesempatan yang lain saya mendapat kabar dari Bulik, bahwa Rohma sekarang juga belajar menulis. Rupanya ia suka dengan salah satu buku yang saya beli dari Gramedia. Buku yang ditulis oleh Bella, pengarang cilik yang juga putri seorang penulis ternama.
“Semoga kelak jadi mujahidah bersenjata pena.” SMS saya pada Bulik, Ibu dari sepupu saya itu.
“Amiin. Ya MBet, ini dah dapat 3 buku kecil-kecil. Mau dibeli Abi katanya. Lumayan bisa buat beli kue atau dimasukkan celengan. He…”
Alhamdulillah!

Tak sia-sia saya membelikannya buku. Buku yang menginspirasinya untuk berimajinasi dan menulis. Namun itu hanya salah satu pemantik saja. Sebelumnya, orang tuanya telah mengajarinya tentang cinta. Kali ini tentang cinta membaca. Tanpa aktivitas itu mana mungkin seorang anak kecil (bahkan kita) berkeinginan untuk menulis.

“Katanya, tulisan Rohmah mau dibuat buku untuk dijual seribuan kepada teman-teman sekelasnya.”
Wuiih! Sudah sejauh itukah keinginan anak kelas satu SD itu? Saya hanya tersenyum mendengarnya. Bayangkan, jika orang tua kemudian tidak memberikan dukungan terhadap keinginannya! Yang terjadi (barangkali) adalah ide-ide kreatif sang anak kemudian akan terhenti. Dan kalau rencana sepupu saya itu benar-benar direalisasikan, maka ia pun telah mengajak temannya untuk belajar cinta. Cinta membaca dan bisa jadi juga cinta menulis.

Itu adalah sedikit dari pelajaran cinta yang saya dapatkan dari anak kecil. Begitu banyak nilai-nilai kebaikan dalam agama kita yang mestinya memang harus diinternalisasikan pada anak-anak kita sejak kecil. Namun sudah cukupkah kita punya cinta yang memadai terhadap segala kebaikan? Cinta yang kita ajarkan adalah cinta yang sudah harus kita miliki. Bukankah kita tak mungkin memberi apa yang tidak kita miliki?...

***

10 komentar:

  1. wahh..makin hari tulisannya semakin mantab euy!! :)

    terus berkarya pak, lumayan buat pembelajaran Panda esok pas nikah :)

    maap linknya belum terpasang. belum sempat logi :)

    ReplyDelete
  2. "Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, 'Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan- Ku." (HR. Muslim)

    ReplyDelete
  3. mengaja anak sejak dini sangat bermanfaat baginya ketika ia sudah dewasa......

    ReplyDelete
  4. Cinta emang selalu berbuah kebaikan ya.

    ReplyDelete
  5. ilaa gadis rantau: apa yang tersentuh mbak :)

    ilaa Panda: semoga menjadi inspirasi kelak ..

    ilaa Kunnang: jazakalloh taujihnya ...

    ilaa frendli: yup betul ... sejak sulbi sudah didik tentunya...

    ilaa mama rafi: yup..

    ReplyDelete
  6. huhu... saya juga dajarin cinta baca.. cinta agama sih sudah past iya..

    tapi selain itu.. yang rada-rada ga baik, ni... bapak ibu saya juga ngajarin cinta makan dan tdur,hehehe..

    "mas, mas,, ntar bales komentnya jangan galak2,ya.. serem,hehe"

    ReplyDelete
  7. ilaa ririn:
    lhah masa sy galak tho (??) gak lah.hehe..

    alhamdulillah jika diajarin cinta oleh Ortu.
    Ojo wani karo wong tuwo lho nduk.. :)

    met kuliah di "Gajah" ... sukses ya..

    salam dari kami

    ReplyDelete
  8. Subhanallah.... begitulah anak2, dia lahir seperti kertas yang polos, tinggal bagaimana orang2 di sekitarnya menorehkan tinta di kertas itu...

    ReplyDelete
  9. indah sekali...
    tulisan yang menyentu..salam kenal

    ReplyDelete