Tentang Kopi

tips membuat wedang teh (tea) dan kopi (coffee)

kami berdua

walimatul 'ursy timur tengah

Cinta Suci

Ingin kukatakan arti cinta kepadamu, Dinda.

berawal dari taaruf

Sore senja jingga menupuk tangan Indah nampak elok menyebar cakrawala bumi yang luas

Arkan Dian Husnayan

Mujahid Kecil Kami

Friday, December 25, 2009

PNS Cocok Untuk Siapa?



by Romi Satria Wahono


Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan,
meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi
dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran
CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia
miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang iconuluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat.

Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua,
karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa,
tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya
bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun
saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas
melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke
Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur
jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya
berakhir.

Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan
dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya
sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya
cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua
Mudah-mudahan ide ini bisa jadi gambaran sehingga tidak ada lagi orang
yang salah jalan menempuh jalan terjal dan mendaki menjadi PNS, padahal
itu sebenarnya tidak cocok untuk dirinya.

Jadi menurut saya, sekali lagi “menurut saya”, PNS tidak cocok untuk orang-orang seperti di bawah:

1.


Orang yang ingin melakukan perubahan, perbaikan,
membuat inovasi baru dan berharap itu akan terimplementasikan dalam
waktu cepat. Perubahan, perbaikan berjalan lambat karena sistem (baik
dalam konotasi baik maupun buruk

2.


Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran
dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang
bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah
kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal
di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga ”PNS lurus” yang
tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah
hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.

3.


Orang yang tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai
dengan rencana atau anggaran yang jauh-jauh hari telah
ditetapkan. iconalam rencana anggaran tertulis beli komputer Rp. 20 juta,
ternyata harga sebenarnya hanya Rp. 5 juta, dan akhirnya sisanya
dipakai untuk keperluan lain yang di luar rencana (honor, tunjangan,
beras atau minyak goreng untuk karyawan).

4.


Orang yang tidak tega memalak teman-temannya yang
menjadi rekanan bisnis institusinya, dengan meminta kuitansi seharga
Rp. 50 juta, padahal nilai pengadaan barang/jasa sebenarnya
hanya seharga Rp. 25 juta. Si rekanan bisnis ini karena marginnya
kecil, jadi ngemplang pajak, karena memang dia tidak menerima duwit
sebesar itu. Perusahaannya bangkrut karena nggak kuat bayar pajak,
akhirnya dia buat perusahaan lagi dan ngurus jadi rekanan lagi.
Muter-muter terus coi …

6.


Orang yang tidak suka dirinya dan hasil kerjanya
dinilai hanya dari absensi. Atau lebih lagi bagi orang yang tidak bisa
kerja kalau sebelum kerja harus njeglok mesin absensi

7.


Orang yang merasa kurang apabila bekerja sehari
hanya 4 jam. Karena kemungkinan anda akan datang jam 8 pagi, njeglok
absen, sarapan pagi sambil ngobrol sampai jam 10. Istirahat siang jam
12, kembali ke kantor jam 13:15, dan adzan sholat ashar jam 15:15
merupakan bel pulang kantor.

8.


Orang yang memiliki jiwa enterpreneur dan selalu
melihat segala peluang sebagai peluang yang kemungkinan bisa menjadi
bisnis. Ketika jiwa enterpreneur ini diimplementasikan di tempat yang
tepat hasilnya akan positif, tetapi apabila diimplementasikan di
institusi pemerintah tempat bekerja, bisa jadi sumber korupsi yang maha
dahsyat dan mengerikan. Orang ini diharapkan ketika melihat berjubelnya
pendaftaran PNS dan mendengar keluhan 4 juta PNS di Indonesia tentang
gaji mereka yang rendah selalu berpikir untuk mempunyai perusahaan dan
bisa membuka lapangan kerja baru bagi 4 juta orang di Indonesia.
Mungkin posisi itu lebih tepat.

Saya yakin bahwa sebagai anak bangsa, baik posisi
kita ada di dalam maupun di luar institusi pemerintah, kita ingin dan
sama-sama berdjoeang membuat republik kita ini lebih baik, lebih maju,
lebih sejahtera dan disegani bangsa-bangsa lain. Seperti yang sudah
saya sitir diatas, kadang PNS bukanlah pelaku, tetapi sebenarnya juga
menjadi korban. Masih banyak “PNS-PNS lurus” yang siap melakukan
perbaikan di negeri ini. Mari kita melakukan perbaikan semampu kita,
baik dengan lisan, hati maupun dengan tangan. Dan jangan lupa untuk
mensyukuri segala nikmat dan keadaan yang sudah Allah berikan kepada
kita.

Wallahualam bisshawab.

Thursday, July 02, 2009

BERAWAL DARI TA’ARUF (1)

Sore senja jingga menupuk tangan
Indah nampak elok menyebar cakrawala bumi yang luas
Melantunkan do’a kepadaMu
Sungguh bergetar hati sambil bersenandung


Bunyi SMS mengejutkan aku dengan keadaan duduk santai setelah dzikir sore itu. “Akh, akhwatnya minta ta’aruf besok hari Sabtu, antum bisa khan?.” Memang hari Selasa, sebelumnya kami saling menukar biodata. Secepat itu akhwatnya konfirmasi. Segera ku balas SMS itu dengan singkat, “InsyaAlloh bisa mas.Jzk.”

Gelisah menderu bagaikan ombak
Ombak yang bergulung-gulung tak menentu menghantam karang
Melantunkan do’a kepadaMu
Sungguh bergetar hati sambil bersenandung



Malam serasa malam yang tak menentu. Aku hanya bisa mondar-mandir tak menentu. Sunggu sesaat itu aku masing bingung. Tak terasa adzan maghrib memanggil atas namaNya. Astaghfirulloh!!.. Sesegera aku sholat dan selanjutnya tilawah.

Lantunan indah firmanMu
Begitu dalam mutiara-mutiara penamu
Melantunkan do’a kepadaMu
Sungguh bergetar hati sambil bersenandung



Sabtu, 14 Juni 2008

”Akh, tolong jemput saya di halte Jurug ya.” bunyi SMS satu hari yang lalu. Aku sudah menunggu tuk menjemput seorang al-akh. Tapi ini sudah jam 13.00, sesuai janji ta’arufnya. Huh, membuat gelisah saja nich. Akhirnya jam 13.10 bus yang dinanti-nanti itu datang juga. ”Akh sudah terlambat,” tegasku. ”Iya, bentar saya konfirmasi dulu pihak akhwat.” Alhamdulillah, batinku membuat hatiku lega. Segera ku tancap kuda Supra x 125 menuju tempat lokasi.

Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Terlihat motor Shogun hijau berplat AE. ”Mas, antum duluan yang masuk,” pintaku. Jantungku berdetak kencang. ”Mas, ada hijabnya gak ya,” tanyaku dengan lugu. ”Ya, gak ada. Emange rapat!” balasnya. Wehehe, aku hanya tersenyum aja. Huh, jantungku semakin berdetak kencang saja. Allahu Akbar!!

Akhirnya kita dipersilahkan masuk dan duduk. Tiba-tiba .... Akupun sudah menumpahkan air minumnya. Di mana sudah tersaji makanan dan minuman sebelumnya. ”Wah, lagi ngono wes grogi” celetuk al-akh. Wah, akupun malu bangetzz. ”Iyo, dian lagi ngono wis grogi” tambah mbak-nya. Wah, tambah malu kuadarat. Sebenarnya bukan grogi karena gelasnya memang gak keliatan..hehe...

Akhirnya jam 13.30 ta’aruf dimulai.. Bismillah...
(bersambung...)

*******
Satu tahun, saya ingat betul bahwa tanggal 14 Juni 2008 saat itu adalah peristiwa sejarah bagiku yaitu ta’aruf dengan seorang al-ukh (yang sekarang istri saya :D jadinya pasangan dari Timur Tengah). Hal yang menegangkan saya kira sewaktu ta’aruf tersebut. Dan biasanya para jomblo’er itu biasanya menanyakan hal-hal “itu lho” apa yang dibicarakan “itu lho” kepada saya. Hayo ngaku, sapa?..apa kata dunia?..hehe..

Solo, 140609


Friday, May 29, 2009

Arkan Dian Husnayan (2-End)


Waktunya berangkat ke persalinan. Namun ada yang tertinggak yaitu “jarik”. Karena “jarik” inilah saya agak gelisah. Masalahnya ibu mertua lama banget ngambil “jarik”nya. Masak ngambil jarik 3 jam. Masalahnya jam 05.00 itu sudah siap melahirkan dan “jarik”nya juga belum kunjung datang. Ditambah bidannya pergi ke rumah sakit untuk menolong pasiennya yang datang sehari sebelum kita. Dag…Dig…Dug… Dag…Dig…Dug…

Akhirnya jariknya datang juga jam 06.00 namun masih menunggu bu bidan. Menunggu dan menunggu, akhirnya bu bidan gak bisa hadir maka pembantu bidan yang mengekskusinya. Pembantu bidan itu ternyata adik kelas istriku waktu di SMA. Fathimatulazizah memang qowiy. Istriku menahan sakit hingga akhirnya melahirkan tanggal 13 April 2009 pukul 07.30 WIB. Alhamdulillah do’aku terkabul, persalinan dimudahkan olehNya, hanya 2-3 nafasan istriku dapat mengeluarkan Arkan Dian Hunayan. Air mata kebahagiaan dariku muncul juga. Arkan sangat lucu ketika diletakkan di dada istriku dengan rambutnya yang lebat dan tidak menangis ketika diletakkan di dada istriku. Sempatnya istriku meminta maaf kepadaku karena telapak tanganku digenggamnya sangat erat. Dalam hatiku ya Alloh, aku bergumam bahwa istriku yang sholehah, cantik dan baik hati. Engkau memberikanku bidadari biru itu. Seperti layaknya kupu-kupu yang mendapatkan madu mawar. (End)

Thursday, May 28, 2009

Mawar dan Kupu-kupu


Syair berbalas Abiyasa dan Fathimatulazizah >>>

Fathimatulazizah send SMS: "Bunga mawar itu melalui malam hari dengan kekhusyukan. Tidak menguncup setelah mekarnya meski diterpa angin dinginnya malam. Mawar itu telah mekar bukan hanya sejak hari kemaren dan akan senantiasa indah di kala malam, pagi dan sepanjang hari. Sekuntum mawar itu semakin elok. Tumbuh subur, mekar dan basah oleh embun pagi.Tersenyum tegar menatap cahaya mentari."

Abiyasa send SMS: "Kupu-kupu membentang dan mengayun indah bersama mawar elok nan menawan yang sejak saat itu selalu bersama menggapai cita-cita. Isapan manis dari kupu-kupu tuk mawar ceria di pagi hari yang penuh beningnya embun. Cerita cita cintaNya terukir madu menghasilkan panji-panji semangat juang menjulang tinggi. Penuh harapan tuk masa depan."

Friday, May 22, 2009

Arkan Dian Husnayan


Jam menunjukkan 22.00 WIB. Mataku hampir saja tertutup namun terbuka kembali karena istri kandungannya agak sakit. Ternyata setelah itu tidak merasakan sakit lagi. Ya, saya juga berpikir akan baik-baik saja. Pikirku ini tanggal 12 April, padahal HPLnya tanggal 20 April. Aku sempat terlintas dalam pikiran, apa mau melahirkan ya. Kemungkinan juga ya atau tidak. Bisa aja maju atau mundur kelahirannya. Akupun terlelap tidur bersama istriku.

Istriku merintih kesakitan, akupun terbangun dengan mata seperti lampu 5 watt. Akupun melihat kandungannya. Aku berpikir dan mengatakan dalam hati bahwa tidak biasanya bentuk kandungannya seperti ini. Yang paling mengejutkan yaitu jam menunjukkan pukul 02.30 WIB dini hari. Aku bingung apa yang harus saya lakukan. Mau bangunkan ibu mertua ya agak pakewuh banget. Kemudian saya tanya ke pada istriku apa yang dirasakannya. Ternyata rasanya seperti buang air besar. Pikirku ini mungkin ciri-cirinya mau melahirkan. Aku tanyakan kepada istriku tapi istriku tidak menjawab saking sakitnya rasa itu.

Akupun tambah bingung. Akupun membangunkan ibu mertua dengan mengetuk pintu tapi hasilnya nihil, ibu mertua tidak bangun. Akhirnya aku punya ide, aku telpon ibu saya sendiri. Mudah-mudahan saja Hpnya aktif kalaupun tidak aktif aku bisa telpon rumah. Akhirnya aku telpon HP beliau, dan alhamdulillah tersambung. Tapi belum juga diangkat-angkat, maklum juga pukul menunjukkan 02.45 WIB. Kucoba lagi, akhirnya diangkat. Akupun bicara sama ibu agak lama. Ternyata benar itu ciri-ciri melahirkan (payah ni saya ya). Ibu berkata bahwa itu masih lama dan tidak perlu tergesa-gesa. Alhamdulillah aku dapat jawaban yang pasti.Tapi aku berpikir lagi. Khan rasa sakit itu dari jam 22.00 tadi. Istriku masih kesakitan dan mau ke belakang sambil menahan rasa sakit itu. Lalu istriku membuka pintu kamar ibu mertua untuk membangunkan. Ibu mertua ternyata lupa ciri-ciri orang melahirkan juga, akhirnya Ibu mertua menelepon budhe. Ternyata dugaan benar, mau melahirkan. Akhirnya ibu mertua menelepon tempat sewa mobil dan sopirnya.

Terus terang kita belum mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Ibu mertua yang akhirnya menyiapkan perlengkapannya. Istriku masih merasakan kesakitan itu dan berbaring sejenak. Sambil menunggu perlengkapan dan mobil, akupun mengambil air wudhu untuk qiyamullail hanya 2 raka’at dan 3 sholat witir. Dan kemudian akupun berdo’a kepadaMu:

Ya Alloh..permudahkanlah proses persalinannya Ya Alloh... Ya Alloh berikan kekuatan, ketabahan, dan kesabaran kepada istriku...Selamatkan istriku dan putraku Ya Alloh karena semua terjadi ini atas kehendakMu..Ya Alloh...kabulkanlah do’aku ini..amin..

Waktu mengucapkan amin hampir bersamaan aku dipanggilnya sama ibu mertua untuk segera berangkat. Menurutku, do’aku itu sangat singkat dengan waktu yang sangat terbatas. (bersambung....)

Thursday, April 02, 2009

Bidadari Biru (I’m single I’m not very happy)


Laksana mutiara cinta-Nya
Mata indah bulu lentik hitam
Tersenyum penuh bahagia
Pipi merah merona menebar pesona

Biru selendang cinta bersandar
Tertutup indah dan menawan selembut awan
Air mata embun menetes
Sejuk...
Damai...
Indah....
Menawan...

Ingin bersama bidadari biru di taman dan telaga cinta-Nya
Sungguh ada kerinduan menatap dan membelainya

Solo, 020409
Abiyasa di Solo – Fathimatulaizah di Ngawi



Monday, March 23, 2009

Pemilih Golput ?


oleh Dr. Dharsono, MSn-Abiyasa Father)


Sejumlah pemilih yang tidak akan menggunakan hak suaranya atau dikenal dengan istilah golongan putih (golput) untuk Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 akan tetap tinggi (Antara News 2008). Berberapa prediksi dari berbagai informasi publik dan diprediksikan angka golput akan melampau angka 40% dengan berbagai berbagai alasan penyebab tingginya angka golput. Kaum muda sering dicap dan sering diidentikkan dengan golput. Anggapan sementara boleh saja dianggap wajar, mengingat memang kaum muda yang lebih sering menyuarakan sikap skeptis terhadap pemilu. bahkan apatis mereka bergulir ketika tolok ukur efektifitas pemilu merupakan instrumen demokrasi Para politisi sendiri, kerap melihat kaum muda sebagai sumbernya swing voters, potensi suara yang dianggap longgar terhadap kesetiaan idiologi politiknya.

Yang lebih memprihatinkan adalah kecenderungan eskalasi fenomena kekerasan di kalangan kaum muda lebih mencolok. Luapan emosional kaum pemuda sebagai ketidakercayaan atas proses dan mekanisme politik yang ada, dan ketika kaum muda merasa tidak menemukan saluran yang ideal untuk berbagai persoalan yang dirasakan di sekelilingnya.

Sayangnya kepentingan-kepentingan politik, lebih sering dikelola sebagai hidden agenda yang diselesaikan secara di bawah tangan. Pemilu sebagai sebuah peristiwa transaksi kepentingan politik belum bisa dielaborasi secara maksimal. Sering kali pemilu hanya menjadi ajang transaksi kepentingan dukungan suara bagi aktor politik di satu sisi, itu yang menyedihkan karena suara mereka bukan lagi suara hati nurani, melainkan hanya selembar uang kertas.

Sayangnya, partai politik yang memiliki kewajiban untuk melakukan pendidikan pemilih sebagaimana diatur dalam UU No 2 tentang partai politik, belum mampu menjalankan kewajiban tersebut dengan sepenuh hati. Partai politik cenderung hanya menjadikan masyarakat sebagai obyek kampanye untuk mendulang suara tanpa memberikan pendidikan politik yang memadai kepada masyarakat. Akibatnya, masyarakat hanya memahami pemilu sebagai ajang pemilihan anggota legislatif atau eksekutif. Tanpa memahami hakikat pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat yang akan menentukan kemana bangsa ini akan menuju.

Thursday, March 19, 2009

Pemilu Bukan Sekedar Pesta Demokrasi


(oleh Dr. Dharsono, MSn-Abiyasa's Father)

Pemilu seyogyanya tidak dimaknai sekedar pesta demokrasi. Pemilu akan banyak menghabiskan sumberdaya dan menguras energi bangsa. Pemilu pada dasarnya merupakan sebuah peristiwa kritis, sebuah langkah yang cukup menentukan, ketika negara dan bangsa menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat atas kuasanya kepada representasi yang dipandangnya sebagai amanah, karena suara rakyat adalah suara Tuhan (artinya tidak terbeli oleh uang). Sehingga akan sangat disayangkan, ketika tingkat partisipasi pada sebuah pemilu berada pada titik yang tidak signifikan. Karena tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu, secara logis menjadi salah satu indikator legitimasi pemerintahan yang akan datang.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat partisipasi masyarakat secara kuantitatif menjadi proksi yang masuk akal untuk mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemilu. Tingkat partisipasi secara kualitatif sebenarnya merupakan indikator yang lebih esensial untuk sebuah pemilu yang efektif. Ketika fenomena pemilihan banyak pemilih yang menentukan pilihannya secara asal pilih, maka akibatnya dapat menjadi lebih terpuruk dibanding rendahnya partisipasi masyarakat. Inisiatif untuk memastikan tingginya tingkat partisipatif sebaiknya diimbangi dengan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas partisipasi publik.

Tuesday, February 24, 2009

Siang ini di Songgolangit


~fathimatulazizah~

Masa sekolah dulu, jam istirahat adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Meski sebentar, jeda waktu itu begitu menyenangkan. Pun masa di kampus dan di tempat kerja. Saya selalu merasa lega ketika ia hadir. Jeda yang tak lama adalah kesempatan untuk memompa energi dan mengembalikan semangat yang pupus oleh deraan jenuh.

Seperti kebiasaan yang telah berlaku satu tahun terakhir, siang ini, usai shalat dhuhur, saya menyempatkan diri untuk makan. Kali ini saya sendirian, hanya ditemani mujahid kecil yang masih dalam kandungan.

Saya menyengaja tidak naik motor meski langit terlihat begitu tak bersahabat. Saya ingin berjalan agak jauh karena sudah lama tidak pernah jalan-jalan pagi. Hitung-hitung riyadhoh-lah setelah setengah hari duduk di depan monitor. Saya ingin me-refresh isi kepala dengan hal-hal sederhana yang saya temui di sepanjang jalan raya Songgolangit.
Tujuan saya siang ini adalah warung sederhana yang menjual soto kwali yang murah meriah, menyesuaikan budget di tanggal tua. Lumayan jauh memang. Namun, tak apa. (Dulu) saya biasa menempuh jarak yang lebih jauh. Saya terbiasa jalan kaki dari depan kampus ke pesantren mahasiswa yang ada di belakang kampus.

Jarak warung yang hendak saya tuju tinggal beberapa meter. Tinggal menyebrang sudah sampai. Namun, entah mengapa akhirnya saya berhenti ketika tanpa sengaja melihat seorang ummahat yang sedang sibuk melayani pembeli tahu kupatnya. Saya pun memutuskan untuk makan siang di warungnya. Ini adalah kali kedua saya mengurungkan niat makan soto kwali, dan beralih ke tahu kupat. Entahlah, saya pun tak mengerti. Wajah dan penampilan sederhana ummahat itu telah membuat saya jatuh hati. Setidaknya, saya merasa lebih aman dengan makanan yang masuk ke perut. Insya Allah halal dan thoyyib.

Sambil menunggu tahu kupat dihidangkan, saya memperhatikan lagi ummahat itu. Gamis biru dongkernya dipadu dengan kerudung biru laut. Keduanya sudah mulai luntur. Saya memperkirakan usia pakaian yang dikenakannya itu sudah lebih dari sepuluh tahun. Saya membandingkan kerudung warisan bulik yang saya pakai sejak kelas satu SMU. Tidak sepudar itu warnanya. Padahal, saya memakainya lebih dari delapan tahun dan sebelumnya sudah dipakai bulik lebih dari satu tahun di masa kuliah. Ah, belum tentu dugaan saya tepat. Bisa jadi warna pakaiannya yang luntur itu karena sering dipakai dan dicuci. Ups..jadi ngelantur, nih.

Warung sudah sepi ketika tahu kupat yang saya pesan dihidangkan. Saya menikmatinya sambil sesekali melihat gerimis yang mulai berjatuhan. Dari seberang jalan, seorang laki-laki memesan minuman. Dengan segera ummahat itu membuat dan mengantarkannya ke seberang jalan. Kemudian, ia segera kembali untuk membuat pesanan laki-laki di seberang jalan selanjutnya.
“Lihatlah, bagaimana ia begitu menikmati pekerjaannya!” Saya jadi iri dibuatnya. Sungguh, saya menaruh hormat padanya. Saya takjub pada kegigihannya membantu suami dalam mencari nafkah. Gurat kelelahan memang terlihat pada wajahnya. Namun, ia tetap dengan cekatan melayani setiap pembeli di warungnya dengan sebentuk senyum sahaja. Ia adalah salah satu dari wanita tegar yang saya temui hari ini.

Saya jadi berfikir tentang masa depan. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu suami dalam menopang perekonomian keluarga kelak, saat satu demi satu mujahid kami –anak- lahir dan berkembang? Apa yang bisa saya lakukan dua bulan lagi ketika mujahid kecil pertama kami lahir, sedang saya belum lulus kuliah? Apa yang bisa saya lakukan di rumah ketika dihadapkan pada kewajiban ibu yang harus menyusui dan mendidiknya, sedang di saat yang sama saya ingin membantu suami dan menyelesaikan studi?

Sungguh, saya yakin sepenuhnya bahwa Allah yang menjamin rezeki anak-anak kelak. Tinggal bagaimana kami menjemputnya dengan baik agar apa yang masuk ke perut mereka adalah makan yang halal dan thoyyib, agar apa yang mengalir dalam darah mereka membawa keberkahan.
“Mbak, mboten keseso, tho? (Mbak, tidak terburu-buru, kan?)” Ummahat itu meninggalkan saya sendirian di warungnya.

Saya kembali terhenyak ketika ummahat itu berlari-lari kecil ke toko alumunium yang tepat berhadapan dengan warungnya. Wanita setengah baya itu memasukkan barang-barang yang dijajakan di luar karena gerimis menjelma menjadi hujan. Rupanya siempunya toko tidak ada. Subhanallah, dengan senang hati ia membantu tetangganya.
“Lihatlah bagaimana ummahat itu dengan senang hati melakukannya!” Sungguh, lagi-lagi saya harus belajar darinya. Ya! Belajar menjadi sebaik-baik manusia, bermanfaat bagi yang lain.

Lalung Permai, 23 Februari 2009, 23:02
Ya Allah, bimbing saya menjadi wanita yang baik di setiap sisi kehidupan: sebagai anak, istri, dan ibu yang shalihah, serta pribadi yang memberi kontribusi bagi agama dan masyarakat!

Monday, February 09, 2009

Santi Widyarini, Where are you?-SAHABAT YANG DICARI


Saya merasa beruntung mempunyai banyak sahabat yang mau mengingatkan. Setiap kali mendapatkan taushiyah dari seorang sahabat, saya merasa mempunyai kekuatan yang lebih untuk menghadapi permasalahan yang kadang terasa berat. Di sinilah barangkali saya mendapatkan obat dari segala macam penyakit hati.

Persahabatan –bagaimana pun bentuknya– membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan. Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita betapa bi’ah (lingkungan) membawa pengaruh terhadap sifat dan karakter seseorang.

“Seorang yang bergaul dengan orang shalih seperti orang yang membawa minyak kesturi. Jika dipergunakannya ia mendapatkan faedah. Jika dijualnya ia mendapat untung. Jika hanya disimpannya ia akan menikmati bau wanginya. Demikian juga orang yang bergaul dengan orang-orang jahat, seperti orang meniup tungku arang. Apa yang diperolehnya tidak lebih dari bunga api, yang akan melekat di pakaiannya dan membakarnya. Asap yang keluar dari tungku itu pun akan memusingkan kepalanya. Oleh karena itu, manusia hendaklah berhati-hati, carilah sahabat yang dapat kau jadikan obat, memilih bergaul dengan orang baik. “ (H.R Muslim).

Taken From : Sedetik di mata Selamanya di Jiwa (fathimatulazizah)

NB:
Bagi sahabat Abiyasa di bawah ini, please posting tentang Santi Widyarini juga, pasang banner di postingan dan di blog sidebarmu ya serta sebarkan ke teman yang lain..OK




Wednesday, February 04, 2009

Aku mencintainya karenaMu

Sekian kalinya aku memotivasi istriku untuk maju dan semangat. Senangnya aku bisa memotivasi dirinya. Semangat ya !!! dan ber-metamorphoria-lah karena harapan itu terus ada. Demi mujahid kecil kami; wujudkan harapanmu, harapanku, harapan Bundamu, harapan keluarga besar ini dan harapan orang-orang yang ada disekitarmu. Terkadang aku tidak bisa memotivasimu maka tersimpuhlah dan kuserahkan kepadaMu, Ya Alloh ... Aku mencintainya karenaMu..

Saturday, January 10, 2009

Mujahid Kecil Kami

“ Eh, ’Ammah yang satunya...” seru Nafis, salah satu putra Ustadz -pimpinan saya di kantor- dengan senyum penuh. Pandangan matanya mengarah ke saya.
“Ayo, ‘ammah siapa?” kejar Mbak Rina, patner saya, dari mejanya.
“’Ammah Rina..,” masih dengan senyumnya, bocah laki-laki itu mencoba menebak.
“’Ammah Betty…” Mbak Rina mengingatkan nama saya padanya.
“’Ammah Betty…” akhirnya ia menyapa saya dengan malu-malu, kemudian menjabat dan mencium tangan saya.
“Sudah nggak sakit lagi?” Tanyanya setengah berbisik.
Saya hanya tersenyum. Rupanya dua bulan terakhir ini ketidakadaan saya di kantor diketahuinya karena sakit. Ya, mungkin itu memang penjelasan yang mudah diterimanya. Dua bulan yang lalu saya izin untuk tidak masuk kantor karena kondisi fisik yang memang harus dijaga. Secara umum, kondisi kehamilan saya baik. Hanya saja untuk melintasi tiga kota (pulang pergi) dalam sehari –Karanganyar-Solo-Sukoharjo- rasa-rasanya saya mulai kewalahan. Setelah mempertimbangkan saran orang-orang terdekat, terkhusus suami dan mbak, akhirnya saya minta izin untuk tidak ngantor selama dua bulan.

Kasihan, Dedek kalo’ tiap hari diajak motor-motoran terus. Jadi tunggu sampai usia kehamilan sampai pada trimester kedua. Dan, mumpung dedek belum lahir, konsentrasi ngerjain skripsi selagi cuti. (Itu pertimbangan yang lain meskipun pada kenyataannya masa cuti dua bulan di rumah ada progress yang berarti terhadap tugas akhir saya di kampus. Astaghfirullah…)
Tak terasa usia kehamilan sudah melewati trimester pertama. Rasa mual, muntah, dan pusing sudah berangsur-angsur berkurang meski saya masih merasa gampang lelah dan tidak selincah masa lajang. Alhamdulillah, kondisi saya dan mujahid kecil kami sehat. Dokter mengatakan bahwa janin saya di kandungan baik-baik saja.

“O, ini sudah mulai kelihatan jenis kelaminnya. Ingin tahu atau biar jadi surprise saja?”
Pada bulan kelima, dokter memberitahukan prediksi jenis kelamin permata hati pertama kami. Rasanya campur aduk. Apalagi ketika menyadari gerakannya di dalam kandungan yang semakin terasa. Saya jadi semakin terkesima “Mujahid kecilku benar-benar ada.”
Subhanallah. Ia pun merespon dengan tendangan ketika diajak bicara abinya.
“Assalamu’alaykum… Dede’, ini Abi..”
Maka, sepanjang hari saya pun sering mengajaknya bercakap-cakap. Di sepanjang jalan ke kantor pun demikian. Saat harus menerobos hujan saya katakan, “Maafkan Ummi, Nak. Kita terpaksa hujan-hujanan. Kau baik-baik saja, bukan?”

Kini saya pun tak boleh egois. Tidak boleh asal merasa nyaman dengan setiap aktivitas. Sebab, ada (calon) mujahid kecil yang harus dijaga. Sungguh sebuah amanah yang luar biasa. Doakan, ya semua berjalan lancar hingga ia lahir kedunia!

7 Januari 2008:23:35
Bersabarlah sayang, Ummi dan Abi akan menjagamu.