“Hidup itu sawang-sinawang. Kita sering melihat kelebihan orang lain. Rumput tetangga pasti terlihat lebih ijo royo-royo. Karenanya, lebih baik kita melihat diri kita sendiri.”
Kali ini saya menyadur bahasa yang digunakan oleh seorang dosen muda yang kini kuliah di Austalia. Saya takjub, dengan kesederhanaannya dalam keseharian. Terlebih ketika mencoba memahami bagaimana beliau memandang kehidupan. Meski tidak dekat, saya banyak mendengar kisah beliau dari teman-teman kuliah. Sikapnya yang tidak neko-neko, apa adanya, ringan tangan, dan terbuka pada setiap orang menjadikan figur beliau begitu dihormati. Beliau punya kharisma yang memikat. Kharisma itu melekat dan semakin mempesona karena kesederhanaannya.
Malam ini, saya teringat kembali kata-kata yang pernah diucapkannya,
“Hidup itu sawang-sinawang. Kita sering melihat kelebihan orang lain. Rumput tetangga pasti terlihat lebih ijo royo-royo. Karenanya, lebih baik kita melihat diri kita sendiri.”
Kalau mau jujur terhadap diri sendiri, kita akan mengakui bahwa terkadang kita sering melihat kelebihan orang lain dan membandingkan dengan diri kita. Hal itu tentu sah-sah saja kita lakukan. Tidak ada yang salah. Ya! Tidak ada yang salah, asalkan kita melakukannya untuk memotivasi diri kita agar menjadi lebih baik. Bukan justru menjadikan kita minder dengan kelemahan kita.
Sungguh, sebagian besar dari kita seringkali tidak adil terhadap diri sendiri. Seringkali kita terkungkung dengan kelemahan yang kita miliki. Bahkan, ada yang terpuruk karena sebuah kegagalan yang dialami. Padahal, bukankah tidak ada yang salah dengan kegagalan selama kita bisa mengambil hikmah dan belajar agar tidak terulang kembali? Berapa banyak kesuksesan yang berawal dari kegagalan demi kegagalan?
“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Ar-Ra’ad : 11)
Sungguh (sangat) tidak arif ketika kita hanya melihat kesuksesan orang lain tanpa mau melihat prosesnya. Bukankah secara sunatullah, tidak akan ada hasil yang optimal tanpa diiringi usaha yang sungguh-sungguh? Tidak ada yang sia-sia dari kesungguhan yang kita bangun, meskipun hasil yang akan kita dapat tidak selalu seperti yang kita harapkan. Jika ikhtiar kita beriringan dengan tawakkal, maka kita tidak akan kecewa terhadap apapun hasil yang kita peroleh. Yang terpenting adalah berusaha, dan Allah-lah yang berhak memutuskan.
Ada kata-kata menarik yang dihadiahkan seorang adik via SMS,
“Ketika satu pintu tertutup, pintu kebahagiaan yang lain akan terbuka. Tetapi, seringnya kita hanya terpaku pada pintu tertutup, sehingga kita tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kita.”
Jika kita (juga) sepakat bahwa hidup itu sawang-sinawang, ada baiknya terlebih dulu kita berkaca pada diri. Lihatlah, kita pun punya kelebihan di samping kelemahan. Oleh karena itu, jangan silau dengan kelebihan orang lain jika itu hanya membuat kita nelangsa. Namun, jadikanlah setiap kelebihan orang lain yang kita lihat dengan kacamata positif. Setidaknya, kita akan terpacu untuk berusaha memilikinya. Dan, bila ternyata tidak bisa, kita masih punya kelebihan yang tidak kalah memukau. Kelebihan yang menjadikan kita mulia sebagai hamba. Bukan kelebihan yang menerbitkan kesombongan, meskipun hanya dalam riak-riak hati kita.
Akhirnya, selamat menikmati hijaunya rumput tetangga…!
Lalung Permai, 22 November 2008 : 21:42
Dalam rangka memotivasi diri, harapan ’itu’ masih ada
: berfastabiqul khairat, yuk Bi!..ya Abiyasa.. Jangan lupa saling mengingatkan :)
PETROMAXXXXXXXXX
ReplyDeletePERTAMINAAAAAAAAAAAA
ReplyDeletebaca dulu ya baru komen......, sabar... aq mbacanya 5 jam, disambi masak nyuci, ngepel..(ktahuan deh klo aq pembokat, hicks)
ReplyDeleteAda kata-kata menarik yang dihadiahkan seorang adik via SMS,
ReplyDelete“Ketika satu pintu tertutup, pintu kebahagiaan yang lain akan terbuka. Tetapi, seringnya kita hanya terpaku pada pintu tertutup, sehingga kita tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kita.”<<<<< ini SMS yg kukirimkan nitu kan mbak/mas
*nampani panci seng dilemparkan, hupp*
Bener fren, kita jangan silau dengan kelebihan orang. Yang penting kita harus berubah supaya menjadi lebih baik, instrospeksi diri. Jangan ngeliat ke atas terus ntar leher kita sakit.hehehe. Salam kenal ya
ReplyDeletewah ketinggalan nih ke TKP Part 1 dulu ah :)
ReplyDeletesepakat Pak, kuncinya selalu melihat kebawah. koreksi kalo Panda salah :)
ReplyDeleteMaksudna ini teh ka abina..atawa ka sedayana...hehheh..
ReplyDeleteMelihat ke atas juga ada baiknya lo
Jadi kita termotivasi untuk mencapai seperti orang lain...
maap mohon dikoreksi....
Hatur nuhun....
Ti :Urang Banyumas aseli lilili....ini buka eho hohoho
@ Else : Sudah tidak ada jamannya lagi petromak..
ReplyDelete@ else : kamu seorang guru bukan pegawai pertamina..
@ else (lagi)sekarang kulempar kompornya :)..
@ lagi-lagi else: wuih..ngaku adiknya
*kesimpulannya ini bukan else..:p
@ Sabri Goblogger: salam kenal juga..oke koentarnya..
@ Panda: Hm..hm.. silahkan..saling mengingatkan aja..
@ Mampir Ngombe: Diseimbangkan dalam melihat kebawah dan keatas.. (biar leher gak pegel)..hehehehe..
kalau seekor katak ingin sebesar kambing itu sama saja bunuh diri, hal itu juga berlaku kalo dia ingin jadi semut...nyambung gak sich..hehehe..
ReplyDeletepedoman yang sederhana dan bersahaja tapi bisa menyelamatkan kita dari keinginan serta nafsu yang gak perlu :-)
ReplyDeletekebersahajaan itu kadang lebih mahal dr kemewahan sekalipun ya Kang...
ReplyDeleteNice posting, sebanyak apapun harta kita kalau selalu melihat rumput tetangga alias selalu melihat keatas pastilah tidak akan merasa cukup. Bersyukur atas apa yang sudah kita peroleh itu yg paling penting... sehingga kita dijauhkan dari penyakit iri dan dengki. Bahagia kalau melihat orang lain bahagia, bahagia kalau melihat orang lain yang lebih daripada kita...
ReplyDeletesaya lagi belajar untuk gak neko2 nih*gubrak!*
ReplyDeleteHidup adalah perrrrrrrrrrr..... bautan...
ReplyDeleteiiihhh... postingnya enak dibaca..
ReplyDeletehm, bener juga,dari kemaren saya heboh mikirin temen yang nilai'nya pada bagus2.. saking hebohnya meratapi nasib malah lupa belajar,wekekeke
Bener mas.. rumput tetannggaku lebih hijau, mergak no ora ngingoni sapi... he,,he,, lha nggon ku tak riti terus .....
ReplyDeletehe,,he,,,,
Lagi lagi Just kidding..
postingan Blognya bagus2
hidup itu perjuangan, hidup itu laksana pedang yang tajam dalam perjalanannya, salam kenal
ReplyDelete