Thursday, November 13, 2008

DI MASJID HATIKU TERKAIT

ADAKAH KAU LUPA?
Adakah kau lupa ... kita pernah berjaya
Adakah kau lupa... kita pernah berkuasa
Memayungi dua pertiga dunia...merentas benua melayar samudera
Keimanan juga ketaqwaan... rahsia mereka gapai kejayaan.. (AlarmMe)


Tono tertegun mendengar senandung dari winamp-nya. Adakah kau lupa? Entah mengapa akhir-akhir ini ia merasa terusik dengan senandung itu. Ya. Semua berawal ketika secara tidak sengaja ia menghitung jama’ah Shalat Subuh tadi pagi. Ternyata jama’ah shalat di masjid dekat kosnya itu tidak jauh berbeda dengan masjid-masjid yang pernah ia temui di pelosok kota maupun desa-desa. Shaff yang hanya terdiri dari satu dua baris, yang kadang tidak penuh, menjadi pemandangan yang sangat biasa. Bila keadaan terus begini, bilakah kejayaan Islam akan kembali? Retoris, mahasiswa semester enam itu bertanya pada dirinya sendiri.

Ternyata Tono tidak sendirian. Di pinggiran kota tempatnya menuntut ilmu, Arif juga merasakan hal yang sama. Pemuda itu merasa masjid di lingkungan tempat tinggalnya semakin sepi. Hanya anak-anak TPA yang meramaikan masjid. Itu pun hanya sore hari. Selebihnya hampir-hampir ia tak menemukan geliat anak-anak muda di dalamnya.



Dua frgamen di atas hanyalah sebagian kecil dari fenomena yang kerap kita temui hampir di pelosok negeri. Sangat ironis memang. Negeri kita yang mayoritas penduduknya muslim –bahkan terbesar di dunia- belum banyak yang tersadar untuk menjadikan masjid sebagai sentra dari segala aktivitas ummat. Para pemuda yang diharapkan menjadi agent of change masih banyak yang terlelap dalam buaian kehidupan dunia. Menjadi tugas kita bersama –terlebih mahasiswa muslim- untuk segera bangkit, mengajak kembali para generasi muda untuk kembali akrab dengan masjid. Mengapa pemuda yang kita ajak? Mengapa harus kembali ke masjid?

Ustadz Badawi, usai kajian di sebuah kampus memberikan penjelasan kepada redaksi, bahwa ketika seseorang berstatus sebagai pemuda, sesungguhnya ia berada dalam fase-fase yang optimal atau momental untuk membentuk masa depan. Sehingga apabila mencapai usia empat puluh tahun ia telah siap untuk menerima beban selanjutnya. Rasulullah Saw. pun mengemban risalah kenabiannya pada usia empat puluh tahun.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al-Ahqaaf:15)

Pencerahan terhadap pemahaman Islam secara komprehensif sangat diperlukan dalam menumbuhkan kesadaran dari masing-masing pribadi muslim untuk kembali kepada Islam secara kaffah, tanpa paksaan sedikit pun. Simbol-simbol kebaikan ada di masjid. Dari situlah kita mulai dan di situlah hendaknya kita –pemuda- kembali.


PEMUDA DAN MASJID

Ustadz Mahmud Mahfudz, dalam acara Malam Bina Ruhiyah (mabiru) di Masjid Nurul Huda UNS pada tanggal 20 Februari 2008, menyebutkan beberapa urgensi mengapa kita harus akrab dengan masjid. Salah satunya adalah pemuda yang hatinya terikat pada masjid akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Sebagaimana tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

Berkata Abu Hurairah ra. : bahwa Nabi saw telah bersabda: "Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah 1). pemimpin yang adil, 2). anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, 3). seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid, 4).dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, 5). seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: "Sungguh aku takut kepada Allah", 6).seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya, 7). dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata".

Kalimat “seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid” mempunyai dua pengertian. Yang pertama adalah seseorang yang kapan dan di manapun berada selalu ingin memakmurkan tempat ibadah. Yang kedua adalah seseorang yang tidak pernah melalaikan ibadah di tengah kesibukan apapun yang dijalaninya.


INILAH HAKEKAT MASJID, WAHAI PEMUDA !!

Tahukah Anda, kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran? Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat. Itulah sebabnya bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya “tempat bersujud”.

Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslimin. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakekat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas kepatuhan kepada ALLAH semata.
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Q.S Al-Jin:18)


MARI MAKMURKAN MASJID…

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At-Taubah: 18)

Dari ayat di atas terlihat jelas korelasi yang sangat erat antara keimanan dan kemakmuran masjid. Ciri utama orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir.

Ketika berhijrah ke Madinah, pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. adalah mendirikan sebuah masjid (Masjid Quba') untuk dijadikan tempat ibadah dan pusat kegiatan Islam. Menyusul kemudian Masjid Nabawi. Peristiwa tersebut mengisyaratkan betapa masjid merupakan sesuatu yang sangat penting sehingga Rasulullah Saw memberikan perhatian yang begitu besar. Pada masa itu masjid memiliki fungsi yang begitu besar. Selain sebagai sarana ibadah, masjid juga menjadi sarana tarbiyah (pendidikan), pembinaan ummat, pengikat ukhuwah, bahkan menjadi basis perjuangan ummat Islam.

Mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya –seperti masa Rasulullah Saw- adalah tugas kita bersama. Tidak mudah memang. Namun, setidaknya kita bisa berkontribusi dengan masing-masing potensi yang kita miliki. Bukankah ALLAH Swt menuntut setiap mukmin untuk memberikan kontribusi nyata dalam menegakkan dinul Islam? Dengan harta, ilmu, pemikiran dan tenaga yang kita miliki kita bisa turut berkontribusi. Tunggu apa lagi? Mari memulainya dengan memakmurkan masjid; menjadikannya sebagai sentra kegiatan ummat.

Dengan (terlebih dulu) Mempertautkan Hati Kita kepadanya…
Bagaimana mungkin kita bisa memakmurkan masjid, bila hati kita tak kunjung terikat dengannya? Ustadz Mahmud Mahfudz pernah menyampaikan beberapa kiat bagaimana kita mempertautkan hati dengan masjid, di antaranya:
1. Menyadari dampak positifnya
Orang yang hatinya terikat dengan masjid akan mendapatkan ketenangan jiwa, mendapat guyuran rahmat Allah, di kelilingi malaikat, dan disebut namanya dihadapan para malaikat Selain itu ia juga mampu melebur dosa, menggapai pahala, menambah ilmu pengetahuan, serta menguatkan persaudaraan dengan sesama muslim.
2. Melestarikan dzikir dan muraqobah baik di dalam masjid maupun di luar masjid
3. Mengikuti jejak langkah para salaf dalam mengakrabi masjid.
Kita bisa meneladani Abdullah bin Ummi Maktum yang tetap shalat berjamaah di masjid walaupun buta matanya dan tidak ada penuntun jalan baginya. Atau memotivasi diri dengan kisah Abu Hurairah yang mondok di masjid Nabawi sehingga hafal 5.374 hadits.


HINGGA CINTA MASJID BUKAN SEKEDAR KATA!

Kecintaan kita kepada masjid membuat hati kita terpaut kepadanya sejak kita keluar dari masjid hingga kembali lagi ke masjid. Dan ketika hati telah benar-benar terpaut, benih-benih cinta yang lain akan bersemi. Kita akan menjadi orang yang rela berkorban untuk masjid, tergerak untuk turut membersihkannya, rajin mendatanginya, menghormati dan tidak menyalahgunakan masjid. Masjid merupakan tempat yang harus kita cintai sebagaimana kita cinta pada rumah kita sendiri. Oleh karena itu, perhatian kita kepada masjid harus selalu kita tingkatkan dari waktu ke waktu agar masjid tidak lagi merana seperti yang sekarang banyak terjadi.

Wallahu’alam bishshawab. (fa, sumber ew & tyd)

dedicated 2 panitia renov masjid kampus eNHa tercinta

11 komentar:

  1. masjid dikampung saya sedang di renovasi pak,lom isa dipakai.saya ngaji dirumahnya Ustadz aja ya?*gubrak!*

    ReplyDelete
  2. kayaknya guru acy pernah berkata waktu smp, kalo dulu di zaman rasulullah masjid bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan, kalo semisalnya di zaman sekarang itu berlaku lagi kira2 termasuk menodai arti masjid nggak yaw???:)

    ReplyDelete
  3. SUbhanallah, sungguh agung fungsi mesjid. Bilakah kejayaan Islam terulang kembali. Semua kembali kpd umat Islam sendiri. Mari ma'murkan masjid dengan IKHLAS hanya untuk mencapai rido Allah SWT.

    ReplyDelete
  4. kang panjang banget post-nya..
    aku copy aja yah.. bacanya nanti. heheh
    yang penting dah ninggalin jejak.

    ReplyDelete
  5. ilaa Gadis Rantau : silahkan mbak...ngaji yuk

    ilaa Acy : biasanya ada ruangan khusus..

    ilaa Mampir ngombe: mari ...

    ilaa Roe: iya tuch..read more-nya eror terus.. :(

    ReplyDelete
  6. Biasanya kaum lelaki ya yang banyak dihimbau untuk ke mesjid.Kalau saya kok lebih merasa nyaman sholat di rumah, apalagi kalau subuh...

    Tapi setuju banget kalau sebaiknya kaum muslimin di Indo memakmurkan mesjid. Kapan ya Indonesia bisa seperti suasana di Mekah atau Madinah pada musim umroh atau haji, laki2 dan perempuan memenuhi mesjid sampai luber ke halamannya... Subhanallah...

    ReplyDelete
  7. subhanallah begitulah seharusnya fungsi masjid
    tapi sekarang kok jarang ya..... pemuda or para muslim menggunakan masjid tdk hanya sbg t4 sholat saja.

    yuk... makmurkan masjid.

    (kenapa readmorenya errror??? bkn aq lho yang meng hack,xixixi)

    ReplyDelete
  8. pas ngebaca judulnya, langsung teringat salah satu kalimat di Buku "Diary Pengantin"-nya mk I-Je dan mb Robai'ah al Adawiyah..eh ternyata yg ini beda isinya.:D
    Sepakat deh, mesjid emang basis kekuatan!!

    ReplyDelete
  9. manut pak abi aja deh

    ReplyDelete
  10. mumtaz....eh abiyaa itu sapa sih, ana lam afham

    ReplyDelete
  11. ilaa bunda evie: komentarnya makyus.. :D

    ilaa else: kapan else ngaji:

    ilaa fatimah: siapa ant?

    ilaa Bagus Pras: oke pak..

    ReplyDelete