Friday, November 21, 2008

HIDUP ITU…(Part 1)


Hidup itu adalah pilihan. Pilihan untuk memilih dan tidak memilih, serta kesiapan kita untuk istiqomah terhadap keputusan yang telah kita pilih.
Begitulah kurang lebih kata-kata dari seorang ustadz yang saya dengar melalui seorang sahabat. Sahabat saya memutuskan untuk memberikan sebuah jawaban setelah hampir satu bulan menerima sebuah tawaran. Ragu, ia pun menimbang kembali dua opsi yang harus dipilih. Sampai akhirnya, ia pun berterus terang bahwa ia belum mantap memasuki gerbang pernikahan.

Saya pun tercenung…

Apa yang kurang darinya? Usia sudah cukup matang, sudah lulus kuliah (tidak seperti saya, semoga segera menyusul: amin), secara finansial ia pun sudah cukup mandiri. (Dalam hati) saya menyayangkan, keputusannya. Saya tahu, calon yang akan dikenalkan padanya adalah seorang laki-laki yang shalih. Dan saya juga tahu, ketika masih duduk di bangku kuliah, ia sudah punya keinginan untuk segera menggenapkan separuh diennya. Bahkan, keinginan waktu itu begitu menggebu.

Ingin memantapkan karier dulu.
Ia pun berdalih. Rupanya seiring dengan berjalannya waktu, keinginan yang pernah meluap-luap itu redam dengan sendirinya.

Retoris ia pun bertanya kepada saya via SMS, “Kau pernah mengatakan bahwa menikah itu ibadah dan tidak ada itsar dalam ibadah. Tapi, salahkah aku, jika masih menikmati kesendirianku?. Salahkah aku ketika ingin melihat kakak perempuanku menikah terlebih dulu, adikku kuliah, dan seorang sahabatku wisuda?
Saya sengaja tidak membalas SMSnya. Bukankah pertanyaan itu lebih ditujukan untuk dirinya sendiri? Bukankah ia lebih tahu jawabannya daripada saya?

Beberapa hari kemudian, ketika saya bertemu dengannya, saya mengatakan pendapat saya. Saya katakan bahwa apapun keputusan yang telah dia ambil, semoga adalah yang terbaik. Bagaimanapun, mengambil keputusan dalam menggenapkan setengah dien tidak boleh diawali dengan sebuah keraguan. Saya menghormati, apapun keputusannya. Saya berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik kepadanya dan memberikan keberkahan dalam hari-harinya.

Hidup itu adalah pilihan. Pilihan untuk memilih dan tidak memilih, serta kesiapan kita untuk istiqomah terhadap keputusan yang telah kita pilih.
Saya pun merenung. Secara tidak langsung, saya seperti diingatkan untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab. Ya! Bertanggung jawab dengan segala pilihan yang telah saya ambil. Bertanggungjawab menghadapi segala konsekuensinya. Apapun itu…

Lalung Permai, 21 November 2008:14.49
: warna apa yang telah, sedang, dan akan kau pilih?

12 komentar:

  1. jadi termenung deh..tiap pulang kerja mampir kesini ah..bisa buat nambah banyak inspirasi nie..thanks buat sharenya..

    ReplyDelete
  2. Bener Bi, dimanapun kita selalu dihadapkan oleh dua atau beberapa pilihan. Tinggal manusia yang beriktiar menentukan jalan yang mana yang terbaik untuk dirinya

    ReplyDelete
  3. klo mbak yg kirim SMS itu gak mau dicarikan "teman hidup", mbok yo aq ae mas
    *mode ngarep=on*
    duh sakno rek diriku ,:((

    ReplyDelete
  4. makasih, ngingatin sama pilihan2 yg sudah cc ambil.. jadi merenung lagi..

    *numpang merenung, kembali baca dan baca lagi isinyaaaa*

    ReplyDelete
  5. hu..hu..pacarku banyak.tapi binun milihnya...udah berdoa minta petunjukNYA,tapi lom terkabul,hu..hu...

    ReplyDelete
  6. ilaa achiles: silahkan mampir..sumonggo.. :)

    ilaa bunda evie: makyus komentarnya..oke..

    ilaa else: dah besar koq..cari sendiri ya..nanti malah gak cocok..aku malah dilempar panci lagi..

    ilaa Unieq: silahkan..sulitkah memilih?

    ilaa gadis rantau: wah..ini malah banyak pacarnya..waduh2..hehehe

    ReplyDelete
  7. memang... membuat pilihan itu susah2 gampang....

    ReplyDelete
  8. Sama seperti else... mbok yo aku wae sek di golekne tooo too he,,he,,

    ReplyDelete
  9. knapa yah, bnyk orang yg begitu sulit tuk memutuskan menikah???
    pdhl menikah itu gak sesulit yg dibayangkan.
    dan ga akan memadamkan karir seseorang, jika orang itu menikah

    ReplyDelete
  10. @ frendli: tergantung mas ;)

    @ sang pejuang: hm..hm..berarti kamu sama else aja ...hehehehe..

    @ ichaawe: kebayangkan itu memang sulit dan mungkin terlalu banyak perhitungan ya..jika keluarganya mempunyai manajemen yg bagus karirnya akan mengembang insyaAlloh..

    ReplyDelete
  11. rumit pak. semoga pilihan Panda saat ini tepat

    ReplyDelete
  12. @ Panda : Istilahnya mungkin bukan rumit tapi penuh warna..ketika memandang rumit seolah-olah hidup itu sengsara penuh cobaan tapi indah ketika hidup ini penuh ujian (bukan cobaan).. :)

    ReplyDelete