
“ Eh, ’Ammah yang satunya...” seru Nafis, salah satu putra Ustadz -pimpinan saya di kantor- dengan senyum penuh. Pandangan matanya mengarah ke saya.“Ayo, ‘ammah siapa?” kejar Mbak Rina, patner saya, dari mejanya.“’Ammah Rina..,” masih dengan senyumnya, bocah laki-laki itu mencoba menebak.“’Ammah Betty…” Mbak Rina mengingatkan nama saya padanya.“’Ammah Betty…” akhirnya ia menyapa saya dengan malu-malu, kemudian menjabat dan mencium tangan saya.“Sudah...